PENDIDIKAN
SEBAGAI ILMU DAN SENI
Di
Ajukan untuk mata kuliah Pengantar Pendidikan
Dosen Pembimbing : Ir KH Toto Siantiaji M.Ag
DISUSUN OLEH
:
KELOMPOK
3
1.
ARIEF ANDRIYANTO (140641270)
2.
ALFIANA (140641279)
3.
KHUSNUL KHOTIMAH (140641255)
KELAS
: SD 14 A.8
PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS
KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON
CIREBON
2014
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum
warahmatulllahi wabarakatuh.
Puji syukur
kita panjatkan kepada Allah SWT atas kehadirat-Nya yang telah memberikan rahmat
dan kasih sayang-Nya kepada kami sehingga makalah ini dapat kami selesaikan
dengan baik dan tepat pada waktunya.
Penulis
menyadari sekali bahwa makalah ini jauh dari ketidaksempurnaan baik dari segi
bentuk penyusunannya ataupun secara keseluruhannya. Apabila terdapat salah
penulisan dalam makalah ini kami mohon maaf yang sebesarnya karena kami juga masih
dalam tahap belajar. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi.
Akhirnya, dengan tulus hati penulis
mengucapkan terima kasih kepada kepada semua pihak yang telah membantu dalam
proses penyelesaian makalah sederhana ini, dan juga kepada para pembaca yang
telah membaca makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat yang
baik untuk kita semua. Amin.
Cirebon, Oktober 2014
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang...................................................................................................... 1
B.
Rumusan
Masalah................................................................................................. 1
C.
Tujuan
Penulisan................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A.
Definisi,
karakteristik dan klasifikasi ilmu ........................................................... 3
B.
Definisi,
karakteristik dan klasifikasi ilmu Pengetahuan....................................... 16
C.
Pendidikan
(mendidik) sebagai seni...................................................................... 23
BAB
III PENUTUP
A.
Kesimpulan............................................................................................................ 25
B.
Saran
..................................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar
Belakang
Pendidikan
dari segi bahasa berasal dari kata dasar didik, dan diberi awalan men, menjadi
mendidik, yaitu kata kerja yang artinya memelihara dan memberi latihan
(ajaran). Pendidikan sebagai kata atau benda, berarti proses perubahan sikap
dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan latihan. Pendidikan, yaitu pendewasaan diri
melalui pengajaran dan latihan.[1]
Pendidikan
adalah usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis untuk memotivasi,
membina, membantu, dan membimbing seseorang untuk mengemba-ngkan segala
potensinya sehingga mencapai kualitas diri yang lebih baik.[2]
Istilah
Pendidikan disebut juga dengan istilah at tarbiyah, at ta’lim dan kata at
ta’dib. Kata at tarbiyah sebangun dengan kata ar rabb, rabbayani, nurabbi,
rabbi-yyun, dan rabban. Fahrur Rozi, berpendapat bahwa ar rabb merupakan fonem
yang seakar dengan at tarbiyah, yang berarti at tanmiyah, yaitu pertumbuhan dan
perkembangan. Ibnu abdillah muhammad bin ahmad al anshari al qurthubi
me-ngartikan ar rabb dengan makna pemilik, yang maha memperbaiki, yaang maha
pengatur, yang maha menambah, yang maha menunaikan.[3]
2. Rumusan
masalah
A. Definisi,
karakteristik dan klasifikasi ilmu ?
B. Definisi,
karakteristik dan klasifikasi ilmu Pengetahuan ?
C. Pendidikan
(mendidik) sebagai seni ?
3. Tujuan
Penulisan
A. Untuk
memenuhi tugas mata kuliah pengantar pendidikan.
B. Untuk
bisa memahami materi tentang pendidikan sebagai ilmu dan seni.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Definisi,
Karakteristik dan Klasifikasi Ilmu.
1. Definisi
ilmu
Kata
ilmu berasal dari bahasa arab : alima, ya’lamu, ilman, dengan wazan
fa’ila, yaf’alu yang berarti memahami,
mengerti, atau mengetahui. Dalam bahasa inggris
disebut science ; Di dalam bahasa Latin dikenal pula kata scire (
mengetahui ) atau Scientia (pengetahuan ).[4]
Ilmu, sains, atau ilmu pengetahuan adalah seluruh
usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan
rumusan-rumusan yang pasti.Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup
pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.[5]
Ada
pun beberapa definisi ilmu menurut para ahli, diantaranya :
·
Dalam kamus bahasa
Indonesia, Ilmu adalah pengetahuan suatu bidang yang disusun secara bersistem
menurut metode-metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala gejala tertentu di bidang –bidang
(pengetahuan) itu.[6]
·
Menurut Mulyadi
Kartanegara ilmu adalah any organized know-ladge . ilmu dan sains menurut nya
tidak berbeda, terutama sebelum abad ke 19, tetapi setelah itu sains lebih
terbatas pada bidang-bidang fisik atau inderawi, sedangkan ilmu melampauinya
pada bidang-bidang nonfisik, seperti metafisika.[7]
·
Mohammad Hatta,
mendefinisikan ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum
kausal dalam suatu golongan masalah yang sama tabiatnya. Maupun menurut
kedudukannya tampak dari luar, menurut bangunan-bangunannya dari dalam.[8]
·
Ralph
ross dan Ernest van de haag, mengatakan ilmu adalah ilmu yang empiris,
rasional, umum, dan sitematik, dan keempatnya serentak.[9]
·
Karl
Pearson, mengatakan ilmu adalah lukisan atau keterangan yang komperhensif dan
konsisten tentang fakta pengalaman dengan istilah yang sederhana.[10]
·
Ashley
montagu, mengatakan bahwa ilmu adalah pengetahuan yang disusun dalam satu
sistem yang berasal dari pengamatan, studi dan percobaan untuk menentukan
hakikat prinsip tentang hal yang sedang dikaji.[11]
·
Harsojo,
Guru besar antropologi di universitas padjajaran, menerangkan bahwa ilmu adalah
:[12]
1. Merupakan akumulasi pengetahuan yang disistemasikan.
2. Suatu pendekatan atau metode pendekatan terhadap
seluruh dunia empiris, yaitu dunia yang terikat oleh faktor ruang dan waktu, dunia
yang pada prinsipnya dapat diamati oleh panca indera manusia.
3. Suatu cara menganalisis yang yang mengizinkan kepada
ahli-ahlinya untuk menyatakan sesuatu proposisi dalam bentuk: “ jika...,
Maka...”
·
Afanasyef,
seorang pemikir marxist bangsa rusia mendefinisikan ilmu pengetahuan manusia
tentang alam, masyarakat, dan fikiran. Ia mencerminkan alam dan konsep-konsep,
kategori, hukum-hukum, yang ketetepan nya dan kebenarannya diuji dengan
pengalaman praktis.[13]
Dari keterangan
para ahli tentang ilmu diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa ilmu
adalah sebagai pengetahuan yang mempunyai ciri, tanda, syarat tertentu, yaitu
sistematik, rasional, empiris, universal, objektif, dapat diukur, terbuka dan
kumulatif (Bersusun timbun).[14]
Adapun Perbedaan antara ilmu dan pengetahuan ilmu
adalah bagian dari pengetahuan yang terklasifikasi, tersistem dan terukur serta
dapat dibuktikan kebenarannya secara empiris. Pengetahuan adalah keseluruan
pengetahuan yang belum tersusun, baik mengetahui metafisik maupun fisik. Dapat
juga dikatakan pengetahuan adalah informasi yang berupa cammo sense,
sedangkan ilmu sudah merupakan bagian yang lebih tinggi dari karena itu
memiliki metode dan mekanisme tertentu. Ilmu bagian sapu lidi, yakni sebagian
lidi yang sudah diraut dan dipotong ujung dan pangkalnya kemudian diikat,
sehingga menjadi sapu lidi, sedangkan pengetahuan adalah lidi-lidi yang masih
berserakan di pohon kelapa, dipasar, dan ditempat lain belum tersusun dengan
baik.[15]
2. Karakteristik
Ilmu
Berdasarkan
kehidupan manusia, kita dapat merasakan berbagai kemajuan yang diakibatkan oleh
perkembangan ilmu. Contoh: Anda masih ingat orang bisa mendarat ke bulan,
sebelumnya hal tersebut dianggap mustahil, tetapi dengan adanya kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi ternyata orang sampai juga ke bulan. Demikian juga
contoh lain yaitu orang mempunyai anak
hasil bayi tabung.[16]
Secara
umum karakteristik ilmu adalah :[17]
1) Bersifat
akumulatif dan merupakan milik bersama.
Ilmu
dapat dipergunakan untuk penelitian dan penemuan hal-hal baru, dan tidak
menjadi monopoli bagi yang menemukannya saja. Setiap orang dapat menggunakan
atau memanfaatkan hasil penemuan orang lain.[18]
Contoh:[19]
·
Penggunaan metode yang
digunakan dalam pembelajaran tidak hanya ceramah, tetapi ada metode lain
misalnya diskusi yang bisa digunakan di kelas dalam rangka mengaktifkan
siswa.
·
Media pembelajaran
tidak selamnya harus elektronik, tetapi manual juga bisa digunakan selama tepat
dalam penggunaannya.
2) Kebenarannya
tidak mutlak
Kebenaran
suatu ilmu tidak selamanya mutlak, hal ini terjadi karena yang menyelidiki/
menemukannya adalah manusia. Kekeliruan/ kesalahan yang mungkin terjadi bukan
karena metode, melainkan terletak pada manusia yang kurang tepat dalam
penggunaan metode tersebut.[20]
Contoh:[21]
·
Pendekatan dalam
pembelajaran muncul berbagai nama, misalnya pembelajaran partisipatif,
kontekstual learning, kooperatif learning
3) Bersifat
Objektif
Prosedur
kerja atau cara penggunaan metode dalam menemukan/ meneliti sesuatu harus
didasarkan pada metode yang bersifat ilmiah, tidak tergantung pada pemahaman
secara pribadi.[22]
Contoh:[23]
·
Berbagai model
pembelajaran muncul dengan diawali penggunaannya dalam pembelajaran, kemudian
diteliti efektivitas dari masing-masing model tersebut, kemudian
disosialisasikan.
Harsoyo (1977),
mengemukakan ciri-ciri ilmu itu ada empat, yaitu[24]:
1) Bersifat
Rasional
Hasil
dari proses berfikir merupakan akibat dari penggunaan akal (rasio) yang bersifat
objektif.[25]
Contoh:[26]
·
Penggunaan pembelajaran
partisipatif dapat menumbuhkan kreativitas pada siswa, karena pada
pelaksanaannya setiap siswa diberi kesem-patan untuk mengungkapkan pendapat/
gagasan, atau dalam mengam-bil keputusan.
·
Penggunaan pembelajaran
kooperatif dapat menumbuhkan kerjasama diantara peserta belajar, karena dalam
pelaksanaannya peserta belajar dibagi dalam kelompok kecil untuk memecahkan
suatu permasalahan.
2) Bersifat
Empiris
Ilmu
diperoleh dari dan sekitar pengalaman oleh pancaindera, ilmu sifatnya tidak
abstrak. Berdasarkan pengalaman hidup dan penelitian dapat menghasilkan ilmu.[27]
Contoh:[28]
·
Penggunaan pembelajaran
partisipatif didasarkan pada pengamatan bahwa keaktifan dan kreatvitas peserta
didik sangat memuaskan, karena setiap siswa diberi kesempatan untuk
berpartisipasi dalam berbagai aspek .
·
Penggunaan pembelajaran
kooperatif dianggap efektif dalam menciptakan peserta didik untuk belajar
bekerja sama ketika harus memecahkan suatu masalah, sehingga pada diri anak
tumbuh rasa kebersamaan.
3) Bersifat
Umum
Hasil
dari ilmu dapat dipergunakan oleh semua manusia tanpa kecuali. Ilmu tidak hanya
dapat dipergunakan untuk wilayah tertentu, tetapi ilmu dapat dimanfaatkansecara
makro tanpa dibatasi oleh ruang.[29]
Contoh:[30]
·
Penggunaan model
pembelajaran partisipatif ataupun pembelajaran kooperatiftidak hanya digunakan
oleh seorang guru dalam mata pelajaran tertentu, tetapidapat juga digunakan
oleh guru lainnya dalam mata pelajaran yang berbeda .
·
Penggunaan media dengan
memanfaatkan potensi lokal dalam pembelajaran
·
dapat digunakan pada
tempat-tempat tertentu sesuai dengan potensi lokal yangdimilikinya.
4) Bersifat Akumulatif
Hasil
ilmu dapat dipergunakan untuk dijadikan objek penelitian berikutnya. Ilmu sifatnya
tidak statis, setelah diperoleh ilmu tentang sesuatu, maka akan muncul ilmu-ilmu
baru lainnya.[31]
Contoh:[32]
·
Setelah muncul model
pembelajaran partisipatif dan model pembelajarankooperatif, muncul lagi model
pembelajaran lainnya , misalnya modelkontekstual learning
3. Klasifikasi
Ilmu
Ilmu dapat digolongkan
menjadi :[33]
1. Ilmu
Alam
Ilmu alam (bahasa
Inggris: natural science; atau ilmu pengetahuan alam) adalah istilah
yang digunakan yang merujuk pada rumpun ilmu dimana obyeknya adalah
benda-benda alam dengan hukum-hukum yang pasti dan umum, berlaku kapan pun
dimana pun. [34]
Sains (science) diambil
dari kata latin scientia yang arti harfiahnya adalah pengetahuan. Sund
dan Trowbribge merumus-kan bahwa Sains merupakan kumpulan pengetahuan dan
proses. Sedangkan Kuslan Stone menyebutkan bahwa Sains adalah kumpulan
pengetahuan dan cara-cara untuk mendapatkan dan mempergunakan pengetahuan itu.
Sains merupakan produk dan proses yang tidak dapat dipisahkan. "Real
Science is both product and process, inseparably Joint" (Agus. S. 2003:
11).[35]
Sains sebagai proses
merupakan langkah-langkah yang ditempuh para ilmuwan untuk melakukan
penyelidikan dalam rangka mencari penjelasan tentang gejala-gejala alam. Langkah
tersebut adalah merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, merancang eksperimen,
mengumpulkan data, menganalisis dan akhimya menyimpulkan. Dari sini tampak
bahwa karakteristik yang mendasar dari Sains ialah kuantifikasi artinya gejala
alam dapat berbentuk kuantitas.[36]
Ilmu alam mempelajari
aspek-aspek fisik & nonmanusia tentang Bumi dan alam
sekitarnya. Ilmu-ilmu alam membentuk landasan bagi ilmu
terapan, yang keduanya dibedakan dari ilmu sosial,
humaniora,
teologi, dan seni.[37]
Cabang-cabang
utama dari ilmu alam adalah:[38]
·
Biologi
·
Ekologi
·
Fisika
·
Geologi
·
Kimia
2. Ilmu
Sosial
Ilmu sosial (bahasa Inggris: social science) atau ilmu
pengetahuan sosial (Inggris:social
studies) adalah sekelompok disiplin akademis yang mempelajari
aspek-aspek yang berhubungan dengan manusia dan
lingkungan sosialnya. Ilmu ini berbeda dengan seni dan humaniora
karena menekankan penggunaan metode
ilmiah dalam mempelajari manusia, termasuk metoda kuantitatif dan
kualitatif. Istilah ini juga termasuk menggambarkan penelitian dengan cakupan
yang luas dalam berbagai lapangan meliputi perilaku dan interaksi manusia pada
masa kini dan masa lalu. Berbeda dengan ilmu sosial secara umum, IPS tidak
memusatkan diri pada satu topik secara mendalam melainkan memberikan tinjauan
yang luas terhadap masyarakat.[39]
Ilmu sosial, dalam mempelajari aspek-aspek masyarakat
secara subjektif, inter-subjektif, dan objektif atau struktural, sebelumnya
dianggap kurang ilmiah bila dibanding dengan ilmu alam.
Namun sekarang, beberapa bagian dari ilmu sosial telah banyak menggunakan
metoda kuantitatif. Demikian pula, pendekatan interdisiplin dan lintas-disiplin
dalam penelitian sosial terhadap perilaku manusia serta faktor sosial dan
lingkungan yang mempengaruhinya telah membuat banyak peneliti ilmu alam
tertarik pada beberapa aspek dalam metodologi ilmu sosial.[1]
Penggunaan metoda kuantitatif dan kualitatif telah makin banyak diintegrasikan
dalam studi tentang tindakan manusia serta implikasi dan konsekuensinya.[40]
Cabang-cabang
utama dari ilmu sosial adalah :[41]
·
Antropologi,
yang mempelajari manusia pada umumnya, dan khususnya antropologi budaya,
yang mempelajari segi kebudayaan
masyarakat
·
Geografi,
yang mempelajari lokasi dan variasi keruangan atas fenomena fisik dan manusia
di atas permukaan bumi
·
Pendidikan,
yang mempelajari masalah yang berkaitan dengan belajar, pembelajaran, serta
pembentukan karakter dan moral
3.
Humanities (Ilmu Humaniora)
Ilmu
Humaniora adalah salah satu ilmu pengetahuan yang mempelajari apa yang
diciptakan atau diperhatikan manusia (dipertentangkan dengan ilmu pengetahuan
alam) (KBBI,1999).[42]
Ilmu
humaniora bertujuan memunculkan sosok yang humanis yakni orang yang mendambakan
dan memperjuangkan terwujudnya pergaulan yang lebih baik, berdasarkan asas-asas
perikemanusiaan, pengabdi kepentingan sesama umat manusia. Secara lebih khusus,
Prof. Dr. IGAK Wardani (2007) menjelaskan bahwa tujuan ilmu humaniora adalah :[43]
·
membebaskan pikiran untuk mandiri dalam menemukan, memilih,
dan memanfaatkan informasi
·
membuat manusia lebih manusiawi, dalam arti lebih
berbudaya.
Cabang-cabang
Ilmu Humaniora :[44]
1.
Bahasa
2.
Sastra
3.
Teologi
4.
Filsafat
5.
Ilmu Sejarah
6.
Kesenian
Dari
sumber pengetahuan dan alat pengetahuannya, pengetahuan dapat di bagi menjadi 4
yaitu :[45]
1)
Pengetahuan Sainstifik ( pengetahuan ilmiah )
Pengetahuan
ilmiah adalah pengetahuan yang harus memenuhi syarat ilmiah adapun
syarat-syarat yang dimiliki oleh pengetahuan ilmiah adalah: harus memiliki
objek tertentu (formal dan material) dan harus bersistem (harus runtut).[46]
2)
pengetahuan intutif dan perasaan
Pengetahuan Intuitif adalah suatu pengetahuan
tentang kebenaran yang dianugerahkan tuhan dari dalam diri manusia yang paling
dalam yang dalam berbagai variannya selalu melibatkan integritas akal dan hati
sebagai dua daya jiwa yang tidak terpisahkan.[47]
3)
pengetahuan ilham dan kasyaf
Ilmu kasyaf adalah suatu ilmu mistik
dimana penganutnya bisa mengetahui suatu kejadian dibalik hijab (pembatas) atas
segala keterbatasan yang dimiliki manusia. Pemilik kasyaf bisa menerima
berita-berita yang ghaib perkara mengenai akhidah agama. Yang dimaksud hijab
disini atau pembatas adalah segala yang membatasi kemampuan manusia berkenaan
dengan kodrat penciptaanya. Mengenai naluri-naluri makhluk hidup yang mampu
menemukan semisal benda-benda materi atau tempat tertutup pada jarak yang jauh,
ia menfsirkannya dengan inderanya yang mampu menerima getaran-getaran dan
mengikutinya sampai kesumber-nya.[48]
4)
Ilmu pengetahuan yang diwahyukan
Pengetahuan yang diwahyukan dapat digambarkan
sebagai suatu bentuk pengetahuan atas kalam kalam yang di firman kan tuhan,
sang penguasa alam, kepada manusia dalam kemahakuasaannya melalui perantara
para rosulnya.[49]
Ada
berbagai jenis pengetahuan yang bersumber dari buku prof. Dr. Muhmidayeli M.Ag,
jenis pengetahuan dikelompokan orang menjadi[50]:
1)
Intuitif knowledge ( Pengetahuan Intuitif )
Pengetahuan Intuitif adalah suatu pengetahuan
tentang kebenaran yang dianugerahkan tuhan dari dalam diri manusia yang paling
dalam yang dalam berbagai variannya selalu melibatkan integritas akal dan hati
sebagai dua daya jiwa yang tidak terpisahkan.[51]
2)
Rational
knowledge( pengetahuan rasional)
Pengetahuan Rasional adalah pengetahuan yang di
peroleh melalui latihan akal budi dalam mencerna ragam realitas yang ada dan
hal hal yang mungkin ada, baik melalui dan atau tanpa observasi dari keadaan-keadaan
aktual.[52]
3)
Empirical
knowledge ( pengetahuan empiris )
Sampai
saat ini, pengetahuan empiris atau pengetahuan yang dikonfirmasi melalui
bukti-bukti indrawi merupakan sesuatu yang amat penting. Dengan daya melihat,
mendengar, senyum, merasakan, dan mencicipi, kita dapat membangun ataupun
membentuk konsepsi kita tentang dunia sekitar kita. Dengan demikian pengetahuan
dalam konteks ini terdiri dari ide-ide yang terbentuk sesuai dengan observasi
fakta. Jika kaum rasionalis mengatakan kepada kita bahwa things through, maka
kaum empiris mengajak kita untuk look and see.[53]
4)
Authoritative knowledge ( Pengetahuan
Otoritatif )
Pengetahuan
otoritatif ini adalah suatu pengetahuan dianggapbaik dan benar bukanlah karena
kita telah membuktikannya sendiri sebagai suatu yang benar, tetapi lebih
dikarenakan oleh bukti-bukti yang diperoleh melalui otoritas para akhli dalam
bidangnya.[54]
5)
Pengetahuan agama
Pengetahuan
agama, yakni pengetahuan yang hanya diperoleh dari tuhan dan lewat utusannya.
Pengetahuan agama bersifat mutlak dan wajib diyakini oleh para pemeluk agama[55].
B. Definisi,
Karakteristik dan Klasifikasi Ilmu Pendidikan.
1. Definisi
Ilmu Pendidikan
Pakar
pendidikan memiliki pandangan yang berbeda tentang pengertian ilmu pendidikan.
Perbedaan pendapat itu disebabkan karena sudut pandang yang berbeda.[56]
·
Carter ( 1985 : 36 )
berpendapat bahwa ilmu pendidikan adalah suatu bangunan pengetahuan sistematis
yang mencakup aspek kuantitatif dan objektif dari proses belajar dan juga
mengajukan instrumen secara seksama dalam mengajukan hipotesis-hipotesis untuk
diisi berdasarkan pengalaman yang sering kali dalam bentuk eksperimen.[57]
·
Driyarkara ( 1980 : 66
: 67 ), ilmu pendidikan adalah pemikiran ilmiah, yakni pemikiran yang bersifat
kritis, memiliki metode dan tersusun secara sistematis tentang pendidikan.[58]
·
Bernadib ( 1987 : 7 )
mengemukakan bahwa ilmu pendidikan adalah ilmu yang membicarakan masalah
masalah umum pendidikan secara menyeluruh dan abstrak.[59]
·
Langeveld, paedagogi
atau ilmu pendidikan adalah suatu ilmu yang bukan hanya menelaah objeknya untuk
mengetahui betapa keadaan atau hakiki objek itu, melainkan mempelajari pula
hendaknya bertindak. Objek ilmu pendidikan ialah proses-proses situasi
pendidikan.[60]
·
Brodjonegoro
menjelaskan bahwa ilmu pendidikan adalah teori pendidikan, perenungan tentang
pendidikan. Dalam arti yang luas paedagogi adalah ilmu pengetahuan yang
mempelajari soal-soal yang timbul dalam praktik pendidikan.[61]
Dari
beberapa pendapat diatas ilmu pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang
membicarakan masalah masalah yang berhubungan dengan pendidikan. Ilmu pendidikan
membicarakan masalah-masalah yang bersifat ilmu, bersifat teori, ataupun yang
bersifat praktis.Ilmu pendidikan adalah sistem pengetahuan tentang fenomena
pendidikan yang dihasilkan melalui riset dengan menggunakan metode ilmiah.[62]
Sebagai
ilmu yang berdiri sendiri, ilmu pendidikan termasuk ilmu yang beru berkembang.
Padahal secara praktis, pendidikan sudah dimulai sejak manusia ada. Dari uraian
diatas dapat dipahami bahwa ilmu pendidikan dapat dikelompokan dan diberi
atribut sebagai berikut:[63]
a) Ilmu Pendidikan sebagai ilmu normatif
Ilmu
pendidikan selalu berhubungan dengan soal, siapakah “manusia” itu? Pembahasan
tentang siapakah manusia itu biasanya termasuk ranah filsafat, yaitu bersifat
antropologi. Pandangan filsafat tentang manusia sangat besar pengaruhnya
terhadap konsep serta praktik pendidikan, karena pandangan filsafat itu
menentukan nilai-nilai luhur yang dijunjung tinggi oleh seorang pendidik atau
suatu lembaga atau bangsa yang melaksanakan pendidikan. Nilai-nilai ini
menentukan ciri ciri manusia yang ingin dicapai melalui praktek pendidikan.
Nilai luhur itu biasanya tergambar dalam rumusan tujuan pendidikan nilai-nilai
itu secara normatif bersumber dari norma masyarakat, norma filsafat, dan
pandangan hidup juga dari keyakinan keagamaan yang dianut seseorang.[64]
Dengan
demikian, ilmu pendidikan diarahkan kepada perbuatan mendidik yang bertujuan.
Tujuan itu telah ditentukan oleh nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh
masyarakat, atau bangsa. Selanjutnya, nilai itu sendiri merupakan ukuran yang
bersifat normatif, sehingga dapat kita tegaskan bahwa ilmu pendidikan adalah
ilmu yang normatif.[65]
b) Ilmu
pendidikan sebagai ilmu yang bersifat teoritis dan praktis
Ilmu
pendidikan tidak hanya mencari pengetahuan deskriptif tentang objek pendidikan,
tetapi juga ingin mengetahui bagaimana sebaiknya untuk memperoleh manfaat
terhadap objek didiknya. Jika dilihat dari maksud dan tujuannya, ilmu
pendidikan dapat disebut “ilmu yang praktis” sebab ditujukan kepada praktik dan
perbuatannya yang mempengaruhi anak didik. Walaupun ilmu pendidikan ditujukan
kepada praktik pendidikan, namun untuk mendalami kajian bagaimana praktik
pendidikan itu dilaksanakan dilakukan teori (ilmu teori) agar dapat dijadikan landasan
dalam mencari kebenaran melalui praktek (ilmu praktis). Hasil yang didapat
merupakan kajian sistematis yang terarah, dan empirik. Ilmu pendidikan lahir
dan berkembang setelah praktik pendidikan berlangsung lama sehingga tampilan
ilmu pendidikan sebagai ilmu masih belum final. Itu berarti, ilmu pendidikan
masih dalam proses pembentukan jati diri.[66]
c) Memiliki
objek material dan objek formal
Objek
material ilmu pendidikan adalah perilaku manusia. Perlu diingatkan bahwa
perilaku manusia tidak hanya dipelajari oleh ilmu pendidikan tetapi juga oleh
ilmu-ilmu sosiologi, psikologi, antropologi dan lain lainapabila objek material
suatu ilmu mempunyai kesamaan dengan objek materiel ilmu lain, untuk
membedakannya diperlukan objek formal dari ilmu tersebut yang menjadi
kekhususan atau ciri khas untuk menentukan macam suatu ilmu.[67]
Objek
formal ilmu pendidikan merupakan penelaahan, fenomena(gejala) pendidikan dalam
perspektif yang luas dan integratif. Fenomena ini bukan hanya segala yang
melekat pada manusia tetapi juga berupa upaya memanu-siakan manusia agar
menjadi manusia yang sebenarnya. Upaya pendidikan mencakup keseluruh aktifitas
pendidikan, yaitu mendidik dan didik, termasuk pemikiran sistematis tentang
pendidikan.[68]
d) Memiliki
Sistematika
Pendidikan
sebagai fenomena manusiawi dapat dianalisis berdasarkan proses atau situasi
pendidikannya, yaitu ketika terjadi interaksi antar komponen ( tujuan, peserta
didik, pendidik, alat dan lingkungan).[69]
e) Pendidikan Sebagai Ilmu
Fenomena pendidikan dapat dipelajari
melalui metode ilmiah yang menghasilkan ilmu pendidikan yang menjadi dasar dan
petunjuk dalam praktek pendidikan. Dengan dasar Ilmu Pendidikan para pendidik
dapat menyusun desain pembelajaran yang memuat tujuan, isi, metode, teknik
mengajar serta evaluasinya. Dengan demikian dapat dipahami bahwa praktek
pendidikan merupakan aplikasi dalam ilmu pendidikan. Implikasi bahwa untuk
menjadi seorang guru dapat dipelajari oleh siapapun melalui ilmu pendidikan
tersebut.[70]
Sebagai
ilmu, ilmu pendidikan juga memiliki metode. Menurut soedomo ( 1990 : 46 : 37 )
metode dalam ilmu pendidikan meliputi [71]
:
·
Metode normatif ,
yaitu metode penentuan konsep manusia yang diidealkan oleh pendikan menyangkut
nilai baik dan buruk.
·
Metode eksplanatori, yaitu metode mengetahui kondisi dan kekuatan yang mempengaruhi
keberhasilan proses pendidikan.
·
Metode teknologis, yaitu metode yang berfungsi mengungkapkan cara agar berhasil
mencapai tujuan dengan mudah.
·
Metode deskriptif fenomenologis,Yaitu metode untuk mempengaruhi dan mengklarifikasi kenyataan
ditemukan hakikatnya.
·
Metode hermeneutis, Yaitu metode untuk
memahami kenyataan pendidikan secara kongkrit dan historis agar makna dan
struktur pendidikan menjadikan jelas.
·
Metode analis kritis, yaitu metode yang
digunakan untuk menganalisis secara kritis istilah-istilah, pernyataan, konsep
dan teori pendidikan.
2. Karakteristik
Ilmu Pendidikan
Ilmu
pendidikan memiliki karakteristik sebagai berikut[72]:
a. Objek
Studi: Objek material ilmu pendidikan adalah
manusia (manusia sebagai makhluk Tuhan
yang berbeda hakiki dengan benda, tumbuhan dan hewan); sedangkan objek
formalnya adalah fenomena pendidikan, yaitu fenomena mendidik dan fenomena lain
yang berhubungan dengan kegiatan mendidik.
b. Metode:
Ilmu pendidikan mengguanakan metode kualitatif dan atau metode kuantitatif.
Penggunaan metode tersebut tergantung pada masalah atau objek penelitiannya.
c. Isi
Ilmu Pendidikan: Sebagaimana ilmu-ilmu lainnya,
ilmu pendidikan dapat berupa konsep, aksioma, postulat, prinsip, hukum, teori,
dan model. Dalam hal ini ilmu pendidikan
bersifat objektif, deskriptif, preskriptif (normatif), yang disajikan
secara rinci dan sistematis. Ilmu pada umumnya bersifat deskriptif, tetapi ilmu
pendidikan tidak hanya bersifat deskriptif, melainkan juga
preskriptif/normatif.
d. Fungsi
ilmu pendidikan: menjelaskan, memprediksi, dan
mengontrol.
e. Ilmu
pendidikan menggunakan ilmu-ilmu lain sebagai ilmu bantu.Sekalipun demikian,
menurut M.J. Langeveld (1980), sebagai ilmu yang bersifat otonom ilmu
pendidikan berperan sebagai “tuan rumah”, sedangkan ilmu-ilmu lain merupakan
“tamu”nya.
3. Klasifikasi
Ilmu Pendidikan
M.J. Langeveld mengklasifikasi
ilmu pendidikan (Ilmu Mendidik) terbagi atas:[73]
a. Ilmu
Mendidik Teoritis, yang meliputi:
1) Ilmu
Mendidik Sistematis.
2) Sejarah
Pendidikan.
3) Ilmu
Perbandingan Pendidikan.
b. Ilmu
Mendidik Praktis, yang meliputi:
1) Didaktik/Metodik.
2) Pendidikan
dalam Keluarga.
3) Pendidikan
Gereja (Lembaga Keagamaan).
Sedangkan
Redja Mudyahardjo (2001) mengklasifikasi Ilmu Pendidikan sebagai berikut:[74]
a. Ilmu
Pendidikan Makro:
1) Ilmu
Pendidikan administratif.
2) Ilmu
Pendidikan Komparatif.
3) Ilmu
Pendidikan Historis.
4) Ilmu
Pendidikan Kependudukan.
b. Ilmu
Pendidikan Mikro:
1. Ilmu
Mendidik Umum yang meliputi:
a) Pedagogik
Teoritis.
b) Ilmu
Pendidikan Psikologis.
c) Ilmu
Pendidikan Sosiologis.
d) Ilmu
Pendidikan Antropologis.
e) Ilmu
Pendidikan Ekonomik.
2. Ilmu
Mendidik Khusus:
a) Ilmu
Persekolahan.
b) Ilmu
Pendidikan Luar Sekolah.
c) Ilmu
Pendidikan Luar Biasa/Orthopedagogik.
C. Pendidikan
(Mendidik) sebagai Seni
Seni
berasal dari kata sani (sanskerta) yang berarti pemujaan, persembahan, dan
pelayanan kata tersebut berkaitan erat dengan upacara keagamaan yang disebut
kesenian. Menurut padmapusphita, kata seni berasal dari bahasa belanda
“genie” dalam bahasa latin disebut “genius”, artinya kemampuan luar biasa yang
dibawa sejak lahir menurut kajian dieropa mengatakan “ art” yang berati
artivisual yaitu, suatu media yang melakukan suatu kegiatan tertentu[75].
Pendidikan
antara lain dapat dipelajari melalui
ilmu pendidikan, namun demikian pendidikan (praktek pendidikan atau mendidik)
juga adalah seni. Alasanya bahwa praktek pendidikan melibatkan perasaan dan nilai yang
sebenarnya di luar daerah ilmu (ilmu yang berparadigma positivisme). Sehubungan
dengan itu, Gilbert Highet (1954) mengibaratkan praktek pendidikan sebagaimana
orang melukis sesuatu, mengarang lagu, menata sebuah taman bunga, atau menulis
surat untuk sahabat. Sedangkan menurut Gallagher(1970) seni mendidik itu merupakan :[76]
1) keterampilan jenius yang hanya dimiliki
beberapa orang; dan
2) mereka
tidak dapat menjelaskan secara sistematis bagaimana mereka mempraktekan keterampilan
itu.
Praktek
pendidikan diakui sebagai seni, impilkasinya fungsimendidik yang utama adalah
menghasilkan suatu karya yang utuh, unik, sejati (bukan pura-pura atau
dibuat-buat, anak tidak boleh dikorbankan sebagai kelinci percobaan), dan tiap
pihak memperolehmanfaat. Selain itu, pendidik harus kreatif , skenario atau
persiapan mengajar hanya dijadikan rambu-rambu saja, yang lebih penting adalah
improvisasi. Pendidik harus memperhatikan minat, perhatian, dan hasrat anak
didik.[77]
Pengakuan
pendidikan sebagai seni, tidak harus menggoyahkan pengakuan bahwa pendidikan dapat
dipelajari secara ilmiah. Idealnya, pendidikan adalah aplikasi ilmu (ilmu
pendidikan) tetapi sekaligus pula adalah seni. [78]
Gilbert
Highet dalam bukunya “ The art of teaching “ yang menyatakan bahwa buku ini “
Seni Mengajar ” karena beliau yakin bahwa belajar itu adalah sebuah seni bukan
ilmu. Menurutnya sangatlah berbahaya mempergunakan tujuan-tujuan dan metode
ilmu untuk urusan manusia sebagai individu meskipun sistem statistik sering
digunakan untuk menerangkan tingkah laku manusia dalam kelompok yang besar dan
suatu diagnosa ilmiah tentang struktur fisik manusia selalu sangat bermanfaat.[79]
Mengajar
tidaklah seperti menimbulkan reaksi kimia tetapi lebih mirip dengan melukis
sebuah gambar atau menggelar sebuah musik dengan arti bahwa di dalam mengajar
itu seseorang harus melibatkan diri didalamnya dan menyadari bahwa mengajar
tidak seluruhya dikerjakan berdasarkan formula-formula atau anda akan merusak
sendiri pekerjaan anda dan murid-murid anda serta anda sendiri (Redja M, 1995).[80]
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut A.S Neil “ mendidik dan mengajar bukanlah suatu ilmu
tetapi adalah seni “. Diartikan sebagai seni adalah bagaimana kita hidup dan
mengerti anak-anak seolah-olah kita menjadi seperti anak.
Menurut aliran konstruksivisme mengakui hal yang sama.
Implikasi bahwa “ tugas guru adalah membantu agar siswa mampu merekonstruksi
pengetahuannya sesuai dengan situasinya yang konkrit maka strategi mengajar
perlu juga disesuaikan dengan kebutuhan dan situasi murid. Mengajar adalah
merupakan seni yang menuntut bukan hanya penguasaan teknik, melainkan juga
intuisi “.
Dengan demikian pendidik memerlukan ilmu pendidikan dalam
rangka memahami dan mempersiapkan suatu praktek pendidikan. Namun dalam
prakteknya pendidik harus kreatif, skenario atau persiapan mengajar hanya
dijadikan rambu-rambu saja, pendidik perlu melakukan improvisasi dengan harus
memperhatikan karakteristik anak didik. Esensinya bahwa praktek pendidikan
hendaknya merupakan perpasuan antara ilmu dan seni.
B. Saran
Pendidikan Sebagai seni itu harus di optimalkan oleh semua
tenaga pengajar yang ada di indonesia untuk lebih meningkatkan kualitas
pendidikan di Indonesia karena pendidikan seni bisa lebih berfareasi dalam
mengajar sehingga proses pembelajaran lebih efektip.
[1]Drs. Anas
salahudin, M.Pd, Filsafat Pendidikan,
( Bandung : Cv Pustaka Setia, 2011 ) hlm 18
[2]Drs. Anas
salahudin, M.Pd, Filsafat Pendidikan,
( Bandung : Cv Pustaka Setia, 2011 ) hlm 19
[3] Aliet
Noorhayati sutrisno, Telaah Filsafat
Pendidikan, ( Yogyakarta : Cv Budi Utama, 2012 ) hlm 13
[4]Prof.Dr.Amsal Bakhtiar, M.A, filsafat
Ilmu, ( jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2010) hlm 12
[5] Redja
Mudyahardjo, Filsafat Ilmu Pendidikan,
( Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2011) hlm 21
[6] Wihadi Admojo,
Kamus bahasa Indonesia,
(Jakarta : Balai Pustaka ) Hlm 324
[7] Prof.Dr.Amsal
Bakhtiar, M.A, filsafat Ilmu, ( jakarta
: PT Raja Grafindo Persada, 2010) hlm 12
[8] Prof.Dr.Amsal
Bakhtiar, M.A, filsafat Ilmu, ( jakarta
: PT Raja Grafindo Persada, 2010) hlm 15
[9] Prof.Dr.Amsal
Bakhtiar, M.A, filsafat Ilmu, ( jakarta
: PT Raja Grafindo Persada, 2010) hlm 15
[10] Prof.Dr.Amsal
Bakhtiar, M.A, filsafat Ilmu, ( jakarta
: PT Raja Grafindo Persada, 2010) hlm 15
[11] Prof.Dr.Amsal
Bakhtiar, M.A, filsafat Ilmu, ( jakarta
: PT Raja Grafindo Persada, 2010) hlm 15
[12] Prof.Dr.Amsal
Bakhtiar, M.A, filsafat Ilmu, ( jakarta
: PT Raja Grafindo Persada, 2010) hlm 16
[13] Prof.Dr.Amsal
Bakhtiar, M.A, filsafat Ilmu, ( jakarta
: PT Raja Grafindo Persada, 2010) hlm 16
[14] Prof.Dr.Amsal
Bakhtiar, M.A, filsafat Ilmu, ( jakarta
: PT Raja Grafindo Persada, 2010) hlm 16
[15] Prof.Dr.Amsal
Bakhtiar, M.A, filsafat Ilmu, ( jakarta
: PT Raja Grafindo Persada, 2010) hlm 17
[16]Burhanudin
Salam, Pengantar Filsafat,
(Jakarta : Bumi Aksara, 1995 ) hal 20-23 diakses di
http//:darulsalingsetia.blogspot.com
[17]Burhanudin
Salam, Pengantar Filsafat, (Jakarta : Bumi Aksara, 1995 ) hal 20-23 diakses di
http//:darulsalingsetia.blogspot.com
[18] Burhanudin
Salam, Pengantar Filsafat, (Jakarta : Bumi Aksara, 1995 ) hal 20-23 diakses di
http//:darulsalingsetia.blogspot.com
[19] Burhanudin
Salam, Pengantar Filsafat, (Jakarta : Bumi Aksara, 1995 ) hal 20-23 diakses di
http//:darulsalingsetia.blogspot.com
[20] Burhanudin
Salam, Pengantar Filsafat, (Jakarta : Bumi Aksara, 1995 ) hal 20-23 diakses di
http//:darulsalingsetia.blogspot.com
[21] Burhanudin
Salam, Pengantar Filsafat, (Jakarta : Bumi Aksara, 1995 ) hal 20-23 diakses di
http//:darulsalingsetia.blogspot.com
[22] Burhanudin
Salam, Pengantar Filsafat, (Jakarta : Bumi Aksara, 1995 ) hal 20-23 diakses di
http//:darulsalingsetia.blogspot.com
[23] Burhanudin
Salam, Pengantar Filsafat, (Jakarta : Bumi Aksara, 1995 ) hal 20-23 diakses di
http//:darulsalingsetia.blogspot.com
[24]Burhanudin
Salam, Pengantar Filsafat, (Jakarta : Bumi Aksara, 1995 ) hal 20-23 diakses di
http//:darulsalingsetia.blogspot.com
[25] Burhanudin
Salam, Pengantar Filsafat, (Jakarta : Bumi Aksara, 1995 ) hal 20-23 diakses di
http//:darulsalingsetia.blogspot.com
[26] Burhanudin
Salam, Pengantar Filsafat, (Jakarta : Bumi Aksara, 1995 ) hal 20-23 diakses di
http//:darulsalingsetia.blogspot.com
[27] Burhanudin
Salam, Pengantar Filsafat, (Jakarta : Bumi Aksara, 1995 ) hal 20-23 diakses di
http//:darulsalingsetia.blogspot.com
[28] Burhanudin
Salam, Pengantar Filsafat, (Jakarta : Bumi Aksara, 1995 ) hal 20-23 diakses di
http//:darulsalingsetia.blogspot.com
[29] Burhanudin
Salam, Pengantar Filsafat, (Jakarta : Bumi Aksara, 1995 ) hal 20-23 diakses di
http//:darulsalingsetia.blogspot.com
[30] Burhanudin
Salam, Pengantar Filsafat, (Jakarta : Bumi Aksara, 1995 ) hal 20-23 diakses di
http//:darulsalingsetia.blogspot.com
[31] Burhanudin
Salam, Pengantar Filsafat, (Jakarta : Bumi Aksara, 1995 ) hal 20-23 diakses di
http//:darulsalingsetia.blogspot.com
[32] Burhanudin
Salam, Pengantar Filsafat, (Jakarta : Bumi Aksara, 1995 ) hal 20-23 diakses di
http//:darulsalingsetia.blogspot.com
[45] Prof. Dr,
Mujamil Qomar, M.Ag, Epistimologi
Pendidikan Islam, ( Jakarta : Gramedia, 2010 ) Hlm 114
[46] Prof.Dr.Amsal
Bakhtiar, M.A, filsafat Ilmu, ( jakarta
: PT Raja Grafindo Persada, 2010) hlm 90
[47] Prof. Dr.
Muhmidayeli, M.Ag, filsafat Pendidikan, ( Bandung : PT Refika Aditama, 2013 )
Hlm 82
[48]M. Iqbal Al-Haetami,
Menyibak Tabir Alam Ghaib (Depok: Qultum Media, 2012), hal. 104
[49]Prof. Dr.
Muhmidayeli, M.Ag, filsafat Pendidikan, ( Bandung : PT Refika Aditama, 2013 )
Hlm 80
[50]Prof. Dr.
Muhmidayeli, M.Ag, filsafat Pendidikan, ( Bandung : PT Refika Aditama, 2013 )
Hlm 80 - 88
[51]Prof. Dr.
Muhmidayeli, M.Ag, filsafat Pendidikan, ( Bandung : PT Refika Aditama, 2013 )
Hlm 82
[52]Prof. Dr.
Muhmidayeli, M.Ag, filsafat Pendidikan, ( Bandung : PT Refika Aditama, 2013 )
Hlm 85
[53] Prof. Dr.
Muhmidayeli, M.Ag, filsafat Pendidikan, ( Bandung : PT Refika Aditama, 2013 )
Hlm 86
[54] Prof. Dr.
Muhmidayeli, M.Ag, filsafat Pendidikan, ( Bandung : PT Refika Aditama, 2013 )
Hlm 88
[55] Prof.Dr.Amsal
Bakhtiar, M.A, filsafat Ilmu, ( jakarta
: PT Raja Grafindo Persada, 2010) hlm 88
[56]Abdul kadir, dasar
dasar pendidikan, ( jakarta : kencana, 2012 ) hlm 62
[57]Abdul kadir, dasar
dasar pendidikan, ( jakarta : kencana, 2012 ) hlm 62
[58] Abdul kadir, dasar
dasar pendidikan, ( jakarta : kencana, 2012 ) hlm 62
[59] Abdul kadir, dasar
dasar pendidikan, ( jakarta : kencana, 2012 ) hlm 63
[60] Abdul kadir, dasar
dasar pendidikan, ( jakarta : kencana, 2012 ) hlm 63
[61] Abdul kadir, dasar
dasar pendidikan, ( jakarta : kencana, 2012 ) hlm 63
[62] Abdul kadir, dasar dasar pendidikan, ( jakarta : kencana,
2012) hlm 63
[64] Abdul kadir, dasar
dasar pendidikan, ( jakarta : kencana, 2012 ) hlm 63-64
[65] Abdul kadir, dasar
dasar pendidikan, ( jakarta : kencana, 2012 ) hlm 64
[66] Abdul kadir, dasar
dasar pendidikan, ( jakarta : kencana, 2012 ) hlm 64
[67] Abdul kadir, dasar
dasar pendidikan, ( jakarta : kencana, 2012 ) hlm 64
[68] Abdul kadir, dasar
dasar pendidikan, ( jakarta : kencana, 2012 ) hlm 65
[69] Abdul kadir, dasar
dasar pendidikan, ( jakarta : kencana, 2012 ) hlm 65
[70] Tatang syarifudin, Landasan Pendidikan, ( Bandung :
Percikan Ilmu, 2007 ) hlm 46
[71] Abdul kadir, dasar
dasar pendidikan, ( jakarta : kencana, 2012 ) hlm 66
[73] Redja
Mudyahardjo, Filsafat Ilmu Pendidikan,
( Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2011) hlm 30
[74] Redja
Mudyahardjo, Filsafat Ilmu Pendidikan,
( Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2011) hlm 30
[75]Redja
Mudyahardjo, Filsafat Ilmu Pendidikan,
( Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2011)
Hlm 45 www.wikipedia.com
[76]Redja
Mudyahardjo, Filsafat Ilmu Pendidikan,
( Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2011)
Hlm 45
[77]Redja
Mudyahardjo, Filsafat Ilmu Pendidikan,
( Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2011)
Hlm 45
[78] Redja
Mudyahardjo, Filsafat Ilmu Pendidikan,
( Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2011)
Hlm 45
[79]Redja
mudyahajo, Filsafat Ilmu Pendidikan, ( Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 2011 ) hlm 18
[80] Redja mudyahajo, Filsafat
Ilmu Pendidikan, ( Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya, 2011 ) hlm 18
DAFTAR PUSTAKA
Abdul kadir, dasar
dasar pendidikan, kencana, jakarta, 2012
Aliet Noorhayati
sutrisno, Telaah Filsafat Pendidikan, cv budi utama,Yogyakarta, 2012
Amsal Bakhtiar,
M.A, filsafat Ilmu, PT Raja Grafindo Persada, jakarta 2010
Burhanudin
Salam, Pengantar Filsafat, Bumi
Aksara, Jakarta 1995 diakses di http//:darulsalingsetia.blogspot.com
Dani
Vardiansyah, Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar,
Indeks, Jakarta 2008
Drs. Anas
salahudin, M.Pd. Filsafat Pendidikan, : cv pustaka setia, Bandung, 2011
Prof. Dr,
Mujamil Qomar, M.Ag, Epistimologi Pendidikan Islam, Gramedia, Jakarta,
2010
Prof. Dr. C.A. van Peursen, Filsafat
Sebagai Seni, Pustaka Sutra, Bandung, 2008
Prof.Dr.Amsal
Bakhtiar, M.A, filsafat Ilmu, PT Raja Grafindo Persada, jakarta 2010
Redja
Mudyahardjo, Filsafat Ilmu Pendidikan,PT. Remaja Rosdakarya, Bandung,
2011
Tatang
syarifudin, Landasan Pendidikan, Percikan Ilmu, Bandung, 2007
Uyoh sadullah, Pilsafat
Pendidikan, Cipta Utama, Bandung, 2007
Wihadi Admojo, Kamus
bahasa Indonesia, Balai Pustaka,
Jakarta 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar