Selasa, 23 Desember 2014

Pendidikan Sebagai Ilmu dan Seni



PENDIDIKAN SEBAGAI ILMU DAN SENI
Di Ajukan untuk mata kuliah Pengantar Pendidikan
Dosen Pembimbing : Ir KH Toto Siantiaji M.Ag



 



DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
1.                  ARIEF ANDRIYANTO      (140641270)
2.                  ALFIANA                            (140641279)
3.                  KHUSNUL KHOTIMAH    (140641255)
KELAS : SD 14 A.8


PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON
CIREBON
2014






KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatulllahi wabarakatuh.
Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT atas kehadirat-Nya yang telah memberikan rahmat dan kasih sayang-Nya kepada kami sehingga makalah ini dapat kami selesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.  
Penulis menyadari sekali bahwa makalah ini jauh dari ketidaksempurnaan baik dari segi bentuk penyusunannya ataupun secara keseluruhannya. Apabila terdapat salah penulisan dalam makalah ini kami mohon maaf yang sebesarnya karena kami juga masih dalam tahap belajar. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi.
            Akhirnya, dengan tulus hati penulis mengucapkan terima kasih kepada kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian makalah sederhana ini, dan juga kepada para pembaca yang telah membaca makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat yang baik untuk kita semua. Amin.

                                                                                                Cirebon,          Oktober 2014


                                                                                                Penulis






DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR .....................................................................................................        i
DAFTAR ISI....................................................................................................................        ii 
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang......................................................................................................        1
B.     Rumusan Masalah.................................................................................................        1
C.     Tujuan Penulisan...................................................................................................        2
BAB II PEMBAHASAN
A.    Definisi, karakteristik dan klasifikasi ilmu ...........................................................        3
B.     Definisi, karakteristik dan klasifikasi ilmu Pengetahuan.......................................        16
C.     Pendidikan (mendidik) sebagai seni......................................................................        23
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan............................................................................................................        25
B.     Saran .....................................................................................................................        25
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN 



BAB I
PENDAHULUAN

1.      Latar Belakang
Pendidikan dari segi bahasa berasal dari kata dasar didik, dan diberi awalan men, menjadi mendidik, yaitu kata kerja yang artinya memelihara dan memberi latihan (ajaran). Pendidikan sebagai kata atau benda, berarti proses perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan. Pendidikan, yaitu pendewasaan diri melalui pengajaran dan latihan.[1]
Pendidikan adalah usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis untuk memotivasi, membina, membantu, dan membimbing seseorang untuk mengemba-ngkan segala potensinya sehingga mencapai kualitas diri yang lebih baik.[2]
Istilah Pendidikan disebut juga dengan istilah at tarbiyah, at ta’lim dan kata at ta’dib. Kata at tarbiyah sebangun dengan kata ar rabb, rabbayani, nurabbi, rabbi-yyun, dan rabban. Fahrur Rozi, berpendapat bahwa ar rabb merupakan fonem yang seakar dengan at tarbiyah, yang berarti at tanmiyah, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Ibnu abdillah muhammad bin ahmad al anshari al qurthubi me-ngartikan ar rabb dengan makna pemilik, yang maha memperbaiki, yaang maha pengatur, yang maha menambah, yang maha menunaikan.[3]
2.      Rumusan masalah
A.    Definisi, karakteristik dan klasifikasi ilmu ?
B.     Definisi, karakteristik dan klasifikasi ilmu Pengetahuan ?
C.     Pendidikan (mendidik) sebagai seni ?

3.      Tujuan Penulisan
A.    Untuk memenuhi tugas mata kuliah pengantar pendidikan.
B.     Untuk bisa memahami materi tentang pendidikan sebagai ilmu dan seni.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Definisi, Karakteristik dan Klasifikasi Ilmu.
1.      Definisi ilmu
Kata ilmu berasal dari bahasa arab : alima, ya’lamu, ilman, dengan wazan fa’ila, yaf’alu yang berarti memahami, mengerti, atau mengetahui. Dalam bahasa inggris disebut science ; Di dalam bahasa Latin dikenal pula kata scire ( mengetahui ) atau Scientia (pengetahuan ).[4]
Ilmu, sains, atau ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti.Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.[5]
Ada pun beberapa definisi ilmu menurut para ahli, diantaranya :
·         Dalam kamus bahasa Indonesia, Ilmu adalah pengetahuan suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan  gejala gejala tertentu di bidang –bidang (pengetahuan) itu.[6]
·         Menurut Mulyadi Kartanegara ilmu adalah any organized know-ladge . ilmu dan sains menurut nya tidak berbeda, terutama sebelum abad ke 19, tetapi setelah itu sains lebih terbatas pada bidang-bidang fisik atau inderawi, sedangkan ilmu melampauinya pada bidang-bidang nonfisik, seperti metafisika.[7]
·         Mohammad Hatta, mendefinisikan ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum kausal dalam suatu golongan masalah yang sama tabiatnya. Maupun menurut kedudukannya tampak dari luar, menurut bangunan-bangunannya dari dalam.[8]
·         Ralph ross dan Ernest van de haag, mengatakan ilmu adalah ilmu yang empiris, rasional, umum, dan sitematik, dan keempatnya serentak.[9]
·         Karl Pearson, mengatakan ilmu adalah lukisan atau keterangan yang komperhensif dan konsisten tentang fakta pengalaman dengan istilah yang sederhana.[10]
·         Ashley montagu, mengatakan bahwa ilmu adalah pengetahuan yang disusun dalam satu sistem yang berasal dari pengamatan, studi dan percobaan untuk menentukan hakikat prinsip tentang hal yang sedang dikaji.[11]
·         Harsojo, Guru besar antropologi di universitas padjajaran, menerangkan bahwa ilmu adalah :[12]
1.      Merupakan akumulasi pengetahuan yang disistemasikan.
2.      Suatu pendekatan atau metode pendekatan terhadap seluruh dunia empiris, yaitu dunia yang terikat oleh faktor ruang dan waktu, dunia yang pada prinsipnya dapat diamati oleh panca indera manusia.
3.      Suatu cara menganalisis yang yang mengizinkan kepada ahli-ahlinya untuk menyatakan sesuatu proposisi dalam bentuk: “ jika..., Maka...”
·         Afanasyef, seorang pemikir marxist bangsa rusia mendefinisikan ilmu pengetahuan manusia tentang alam, masyarakat, dan fikiran. Ia mencerminkan alam dan konsep-konsep, kategori, hukum-hukum, yang ketetepan nya dan kebenarannya diuji dengan pengalaman praktis.[13]
Dari keterangan  para ahli tentang ilmu diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa ilmu adalah sebagai pengetahuan yang mempunyai ciri, tanda, syarat tertentu, yaitu sistematik, rasional, empiris, universal, objektif, dapat diukur, terbuka dan kumulatif (Bersusun timbun).[14]
Adapun Perbedaan antara ilmu dan pengetahuan ilmu adalah bagian dari pengetahuan yang terklasifikasi, tersistem dan terukur serta dapat dibuktikan kebenarannya secara empiris. Pengetahuan adalah keseluruan pengetahuan yang belum tersusun, baik mengetahui metafisik maupun fisik. Dapat juga dikatakan pengetahuan adalah informasi yang berupa cammo sense, sedangkan ilmu sudah merupakan bagian yang lebih tinggi dari karena itu memiliki metode dan mekanisme tertentu. Ilmu bagian sapu lidi, yakni sebagian lidi yang sudah diraut dan dipotong ujung dan pangkalnya kemudian diikat, sehingga menjadi sapu lidi, sedangkan pengetahuan adalah lidi-lidi yang masih berserakan di pohon kelapa, dipasar, dan ditempat lain belum tersusun dengan baik.[15]

2.      Karakteristik Ilmu
Berdasarkan kehidupan manusia, kita dapat merasakan berbagai kemajuan yang diakibatkan oleh perkembangan ilmu. Contoh: Anda masih ingat orang bisa mendarat ke bulan, sebelumnya hal tersebut dianggap mustahil, tetapi dengan adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi ternyata orang sampai juga ke bulan. Demikian juga contoh lain yaitu  orang mempunyai anak hasil bayi tabung.[16]
Secara umum karakteristik ilmu adalah :[17]
1)       Bersifat akumulatif dan merupakan milik bersama.
Ilmu dapat dipergunakan untuk penelitian dan penemuan hal-hal baru, dan tidak menjadi monopoli bagi yang menemukannya saja. Setiap orang dapat menggunakan atau memanfaatkan hasil penemuan orang lain.[18]
Contoh:[19]
·         Penggunaan metode yang digunakan dalam pembelajaran tidak hanya ceramah, tetapi ada metode lain misalnya diskusi yang bisa digunakan di kelas dalam rangka mengaktifkan siswa. 
·         Media pembelajaran tidak selamnya harus elektronik, tetapi manual juga bisa digunakan selama tepat dalam penggunaannya.

2)      Kebenarannya tidak mutlak
Kebenaran suatu ilmu tidak selamanya mutlak, hal ini terjadi karena yang menyelidiki/ menemukannya adalah manusia. Kekeliruan/ kesalahan yang mungkin terjadi bukan karena metode, melainkan terletak pada manusia yang kurang tepat dalam penggunaan metode tersebut.[20]


Contoh:[21]
·         Pendekatan dalam pembelajaran muncul berbagai nama, misalnya pembelajaran partisipatif, kontekstual learning, kooperatif learning
3)      Bersifat Objektif  
Prosedur kerja atau cara penggunaan metode dalam menemukan/ meneliti sesuatu harus didasarkan pada metode yang bersifat ilmiah, tidak tergantung pada pemahaman secara pribadi.[22]
Contoh:[23]
·         Berbagai model pembelajaran muncul dengan diawali penggunaannya dalam pembelajaran, kemudian diteliti efektivitas dari masing-masing model tersebut, kemudian disosialisasikan.
Harsoyo (1977), mengemukakan ciri-ciri ilmu itu ada empat, yaitu[24]:
1)      Bersifat Rasional
Hasil dari proses berfikir merupakan akibat dari penggunaan akal (rasio) yang bersifat objektif.[25]
Contoh:[26] 
·         Penggunaan pembelajaran partisipatif dapat menumbuhkan kreativitas pada siswa, karena pada pelaksanaannya setiap siswa diberi kesem-patan untuk mengungkapkan pendapat/ gagasan, atau dalam mengam-bil keputusan.
·         Penggunaan pembelajaran kooperatif dapat menumbuhkan kerjasama diantara peserta belajar, karena dalam pelaksanaannya peserta belajar dibagi dalam kelompok kecil untuk memecahkan suatu permasalahan.

2)      Bersifat Empiris
Ilmu diperoleh dari dan sekitar pengalaman oleh pancaindera, ilmu sifatnya tidak abstrak. Berdasarkan pengalaman hidup dan penelitian dapat menghasilkan ilmu.[27]
Contoh:[28] 
·         Penggunaan pembelajaran partisipatif didasarkan pada pengamatan bahwa keaktifan dan kreatvitas peserta didik sangat memuaskan, karena setiap siswa diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam berbagai aspek .
·         Penggunaan pembelajaran kooperatif dianggap efektif dalam menciptakan peserta didik untuk belajar bekerja sama ketika harus memecahkan suatu masalah, sehingga pada diri anak tumbuh rasa kebersamaan.

3)      Bersifat Umum
Hasil dari ilmu dapat dipergunakan oleh semua manusia tanpa kecuali. Ilmu tidak hanya dapat dipergunakan untuk wilayah tertentu, tetapi ilmu dapat dimanfaatkansecara makro tanpa dibatasi oleh ruang.[29]
Contoh:[30]
·         Penggunaan model pembelajaran partisipatif ataupun pembelajaran kooperatiftidak hanya digunakan oleh seorang guru dalam mata pelajaran tertentu, tetapidapat juga digunakan oleh guru lainnya dalam mata pelajaran yang berbeda .
·         Penggunaan media dengan memanfaatkan potensi lokal dalam pembelajaran
·         dapat digunakan pada tempat-tempat tertentu sesuai dengan potensi lokal yangdimilikinya.

4)       Bersifat Akumulatif
Hasil ilmu dapat dipergunakan untuk dijadikan objek penelitian berikutnya. Ilmu sifatnya tidak statis, setelah diperoleh ilmu tentang sesuatu, maka akan muncul ilmu-ilmu baru lainnya.[31]
Contoh:[32]
·         Setelah muncul model pembelajaran partisipatif dan model pembelajarankooperatif, muncul lagi model pembelajaran lainnya , misalnya modelkontekstual learning 

3.      Klasifikasi Ilmu
Ilmu dapat digolongkan menjadi :[33]
1.      Ilmu Alam
Ilmu alam (bahasa Inggris: natural science; atau ilmu pengetahuan alam) adalah istilah yang digunakan yang merujuk pada rumpun ilmu dimana obyeknya adalah benda-benda alam dengan hukum-hukum yang pasti dan umum, berlaku kapan pun dimana pun. [34]
Sains (science) diambil dari kata latin scientia yang arti harfiahnya adalah pengetahuan. Sund dan Trowbribge merumus-kan bahwa Sains merupakan kumpulan pengetahuan dan proses. Sedangkan Kuslan Stone menyebutkan bahwa Sains adalah kumpulan pengetahuan dan cara-cara untuk mendapatkan dan mempergunakan pengetahuan itu. Sains merupakan produk dan proses yang tidak dapat dipisahkan. "Real Science is both product and process, inseparably Joint" (Agus. S. 2003: 11).[35]
Sains sebagai proses merupakan langkah-langkah yang ditempuh para ilmuwan untuk melakukan penyelidikan dalam rangka mencari penjelasan tentang gejala-gejala alam. Langkah tersebut adalah merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, merancang eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis dan akhimya menyimpulkan. Dari sini tampak bahwa karakteristik yang mendasar dari Sains ialah kuantifikasi artinya gejala alam dapat berbentuk kuantitas.[36]
Ilmu alam mempelajari aspek-aspek fisik & nonmanusia tentang Bumi dan alam sekitarnya. Ilmu-ilmu alam membentuk landasan bagi ilmu terapan, yang keduanya dibedakan dari ilmu sosial, humaniora, teologi, dan seni.[37]
Cabang-cabang utama dari ilmu alam adalah:[38]
·         Astronomi
·         Biologi
·         Ekologi
·         Fisika
·         Geologi
·         Geografi fisik berbasis ilmu
·         Ilmu bumi
·         Kimia
2.      Ilmu Sosial
Ilmu sosial (bahasa Inggris: social science) atau ilmu pengetahuan sosial (Inggris:social studies) adalah sekelompok disiplin akademis yang mempelajari aspek-aspek yang berhubungan dengan manusia dan lingkungan sosialnya. Ilmu ini berbeda dengan seni dan humaniora karena menekankan penggunaan metode ilmiah dalam mempelajari manusia, termasuk metoda kuantitatif dan kualitatif. Istilah ini juga termasuk menggambarkan penelitian dengan cakupan yang luas dalam berbagai lapangan meliputi perilaku dan interaksi manusia pada masa kini dan masa lalu. Berbeda dengan ilmu sosial secara umum, IPS tidak memusatkan diri pada satu topik secara mendalam melainkan memberikan tinjauan yang luas terhadap masyarakat.[39]
Ilmu sosial, dalam mempelajari aspek-aspek masyarakat secara subjektif, inter-subjektif, dan objektif atau struktural, sebelumnya dianggap kurang ilmiah bila dibanding dengan ilmu alam. Namun sekarang, beberapa bagian dari ilmu sosial telah banyak menggunakan metoda kuantitatif. Demikian pula, pendekatan interdisiplin dan lintas-disiplin dalam penelitian sosial terhadap perilaku manusia serta faktor sosial dan lingkungan yang mempengaruhinya telah membuat banyak peneliti ilmu alam tertarik pada beberapa aspek dalam metodologi ilmu sosial.[1] Penggunaan metoda kuantitatif dan kualitatif telah makin banyak diintegrasikan dalam studi tentang tindakan manusia serta implikasi dan konsekuensinya.[40]
Cabang-cabang utama dari ilmu sosial adalah :[41]
·         Antropologi, yang mempelajari manusia pada umumnya, dan khususnya antropologi budaya, yang mempelajari segi kebudayaan masyarakat
·         Ekonomi, yang mempelajari produksi dan pembagian kekayaan dalam masyarakat
·         Geografi, yang mempelajari lokasi dan variasi keruangan atas fenomena fisik dan manusia di atas permukaan bumi
·         Hukum, yang mempelajari sistem aturan yang telah dilembagakan
·         Linguistik, yang mempelajari aspek kognitif dan sosial dari bahasa
·         Pendidikan, yang mempelajari masalah yang berkaitan dengan belajar, pembelajaran, serta pembentukan karakter dan moral
·         Politik, yang mempelajari pemerintahan sekelompok manusia (termasuk negara)
·         Psikologi, yang mempelajari tingkah laku dan proses mental
·         Sejarah, yang mempelajari masa lalu yang berhubungan dengan umat manusia
·         Sosiologi, yang mempelajari masyarakat dan hubungan antar manusia di dalamnya.
3.      Humanities (Ilmu Humaniora)
Ilmu Humaniora adalah salah satu ilmu pengetahuan yang mempelajari apa yang diciptakan atau diperhatikan manusia (dipertentangkan dengan ilmu pengetahuan alam) (KBBI,1999).[42]
Ilmu humaniora bertujuan memunculkan sosok yang humanis yakni orang yang mendambakan dan memperjuangkan terwujudnya pergaulan yang lebih baik, berdasarkan asas-asas perikemanusiaan, pengabdi kepentingan sesama umat manusia. Secara lebih khusus, Prof. Dr. IGAK Wardani (2007) menjelaskan bahwa tujuan ilmu humaniora adalah :[43]
·         membebaskan pikiran untuk mandiri dalam menemukan, memilih, dan memanfaatkan informasi
·         membuat manusia lebih manusiawi, dalam arti lebih berbudaya.

Cabang-cabang Ilmu Humaniora :[44]
1.      Bahasa
2.      Sastra
3.      Teologi
4.      Filsafat
5.      Ilmu Sejarah
6.      Kesenian
Dari sumber pengetahuan dan alat pengetahuannya, pengetahuan dapat di bagi menjadi 4 yaitu :[45]

1)      Pengetahuan Sainstifik ( pengetahuan ilmiah )
Pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang harus memenuhi syarat ilmiah adapun syarat-syarat yang dimiliki oleh pengetahuan ilmiah adalah: harus memiliki objek tertentu (formal dan material) dan harus bersistem (harus runtut).[46]

2)      pengetahuan intutif dan perasaan
Pengetahuan Intuitif adalah suatu pengetahuan tentang kebenaran yang dianugerahkan tuhan dari dalam diri manusia yang paling dalam yang dalam berbagai variannya selalu melibatkan integritas akal dan hati sebagai dua daya jiwa yang tidak terpisahkan.[47]

3)      pengetahuan ilham dan kasyaf
Ilmu kasyaf adalah suatu ilmu mistik dimana penganutnya bisa mengetahui suatu kejadian dibalik hijab (pembatas) atas segala keterbatasan yang dimiliki manusia. Pemilik kasyaf bisa menerima berita-berita yang ghaib perkara mengenai akhidah agama. Yang dimaksud hijab disini atau pembatas adalah segala yang membatasi kemampuan manusia berkenaan dengan kodrat penciptaanya. Mengenai naluri-naluri makhluk hidup yang mampu menemukan semisal benda-benda materi atau tempat tertutup pada jarak yang jauh, ia menfsirkannya dengan inderanya yang mampu menerima getaran-getaran dan mengikutinya sampai kesumber-nya.[48]
4)      Ilmu pengetahuan yang diwahyukan
Pengetahuan yang diwahyukan dapat digambarkan sebagai suatu bentuk pengetahuan atas kalam kalam yang di firman kan tuhan, sang penguasa alam, kepada manusia dalam kemahakuasaannya melalui perantara para rosulnya.[49]

Ada berbagai jenis pengetahuan yang bersumber dari buku prof. Dr. Muhmidayeli M.Ag, jenis pengetahuan dikelompokan orang menjadi[50]:

1)      Intuitif knowledge ( Pengetahuan Intuitif )
Pengetahuan Intuitif adalah suatu pengetahuan tentang kebenaran yang dianugerahkan tuhan dari dalam diri manusia yang paling dalam yang dalam berbagai variannya selalu melibatkan integritas akal dan hati sebagai dua daya jiwa yang tidak terpisahkan.[51]
2)      Rational  knowledge( pengetahuan rasional)
Pengetahuan Rasional adalah pengetahuan yang di peroleh melalui latihan akal budi dalam mencerna ragam realitas yang ada dan hal hal yang mungkin ada, baik melalui dan atau tanpa observasi dari keadaan-keadaan aktual.[52]
3)      Empirical  knowledge ( pengetahuan empiris )
Sampai saat ini, pengetahuan empiris atau pengetahuan yang dikonfirmasi melalui bukti-bukti indrawi merupakan sesuatu yang amat penting. Dengan daya melihat, mendengar, senyum, merasakan, dan mencicipi, kita dapat membangun ataupun membentuk konsepsi kita tentang dunia sekitar kita. Dengan demikian pengetahuan dalam konteks ini terdiri dari ide-ide yang terbentuk sesuai dengan observasi fakta. Jika kaum rasionalis mengatakan kepada kita bahwa things through, maka kaum empiris mengajak kita untuk look and see.[53]
4)      Authoritative knowledge ( Pengetahuan Otoritatif )
Pengetahuan otoritatif ini adalah suatu pengetahuan dianggapbaik dan benar bukanlah karena kita telah membuktikannya sendiri sebagai suatu yang benar, tetapi lebih dikarenakan oleh bukti-bukti yang diperoleh melalui otoritas para akhli dalam bidangnya.[54]
5)      Pengetahuan agama
Pengetahuan agama, yakni pengetahuan yang hanya diperoleh dari tuhan dan lewat utusannya. Pengetahuan agama bersifat mutlak dan wajib diyakini oleh para pemeluk agama[55].

B.     Definisi, Karakteristik dan Klasifikasi Ilmu Pendidikan.
1.      Definisi Ilmu Pendidikan
Pakar pendidikan memiliki pandangan yang berbeda tentang pengertian ilmu pendidikan. Perbedaan pendapat itu disebabkan karena sudut pandang yang berbeda.[56]
·         Carter ( 1985 : 36 ) berpendapat bahwa ilmu pendidikan adalah suatu bangunan pengetahuan sistematis yang mencakup aspek kuantitatif dan objektif dari proses belajar dan juga mengajukan instrumen secara seksama dalam mengajukan hipotesis-hipotesis untuk diisi berdasarkan pengalaman yang sering kali dalam bentuk eksperimen.[57]
·         Driyarkara ( 1980 : 66 : 67 ), ilmu pendidikan adalah pemikiran ilmiah, yakni pemikiran yang bersifat kritis, memiliki metode dan tersusun secara sistematis tentang pendidikan.[58]
·         Bernadib ( 1987 : 7 ) mengemukakan bahwa ilmu pendidikan adalah ilmu yang membicarakan masalah masalah umum pendidikan secara menyeluruh dan abstrak.[59]
·         Langeveld, paedagogi atau ilmu pendidikan adalah suatu ilmu yang bukan hanya menelaah objeknya untuk mengetahui betapa keadaan atau hakiki objek itu, melainkan mempelajari pula hendaknya bertindak. Objek ilmu pendidikan ialah proses-proses situasi pendidikan.[60]
·         Brodjonegoro menjelaskan bahwa ilmu pendidikan adalah teori pendidikan, perenungan tentang pendidikan. Dalam arti yang luas paedagogi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari soal-soal yang timbul dalam praktik pendidikan.[61]
Dari beberapa pendapat diatas ilmu pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang membicarakan masalah masalah yang berhubungan dengan pendidikan. Ilmu pendidikan membicarakan masalah-masalah yang bersifat ilmu, bersifat teori, ataupun yang bersifat praktis.Ilmu pendidikan adalah sistem pengetahuan tentang fenomena pendidikan yang dihasilkan melalui riset dengan menggunakan metode ilmiah.[62]
Sebagai ilmu yang berdiri sendiri, ilmu pendidikan termasuk ilmu yang beru berkembang. Padahal secara praktis, pendidikan sudah dimulai sejak manusia ada. Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa ilmu pendidikan dapat dikelompokan dan diberi atribut sebagai berikut:[63]
a)       Ilmu Pendidikan sebagai ilmu normatif
Ilmu pendidikan selalu berhubungan dengan soal, siapakah “manusia” itu? Pembahasan tentang siapakah manusia itu biasanya termasuk ranah filsafat, yaitu bersifat antropologi. Pandangan filsafat tentang manusia sangat besar pengaruhnya terhadap konsep serta praktik pendidikan, karena pandangan filsafat itu menentukan nilai-nilai luhur yang dijunjung tinggi oleh seorang pendidik atau suatu lembaga atau bangsa yang melaksanakan pendidikan. Nilai-nilai ini menentukan ciri ciri manusia yang ingin dicapai melalui praktek pendidikan. Nilai luhur itu biasanya tergambar dalam rumusan tujuan pendidikan nilai-nilai itu secara normatif bersumber dari norma masyarakat, norma filsafat, dan pandangan hidup juga dari keyakinan keagamaan yang dianut seseorang.[64]
Dengan demikian, ilmu pendidikan diarahkan kepada perbuatan mendidik yang bertujuan. Tujuan itu telah ditentukan oleh nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh masyarakat, atau bangsa. Selanjutnya, nilai itu sendiri merupakan ukuran yang bersifat normatif, sehingga dapat kita tegaskan bahwa ilmu pendidikan adalah ilmu yang normatif.[65]
b)      Ilmu pendidikan sebagai ilmu yang bersifat teoritis dan praktis
Ilmu pendidikan tidak hanya mencari pengetahuan deskriptif tentang objek pendidikan, tetapi juga ingin mengetahui bagaimana sebaiknya untuk memperoleh manfaat terhadap objek didiknya. Jika dilihat dari maksud dan tujuannya, ilmu pendidikan dapat disebut “ilmu yang praktis” sebab ditujukan kepada praktik dan perbuatannya yang mempengaruhi anak didik. Walaupun ilmu pendidikan ditujukan kepada praktik pendidikan, namun untuk mendalami kajian bagaimana praktik pendidikan itu dilaksanakan dilakukan teori (ilmu teori) agar dapat dijadikan landasan dalam mencari kebenaran melalui praktek (ilmu praktis). Hasil yang didapat merupakan kajian sistematis yang terarah, dan empirik. Ilmu pendidikan lahir dan berkembang setelah praktik pendidikan berlangsung lama sehingga tampilan ilmu pendidikan sebagai ilmu masih belum final. Itu berarti, ilmu pendidikan masih dalam proses pembentukan jati diri.[66]
c)      Memiliki objek material dan objek formal
Objek material ilmu pendidikan adalah perilaku manusia. Perlu diingatkan bahwa perilaku manusia tidak hanya dipelajari oleh ilmu pendidikan tetapi juga oleh ilmu-ilmu sosiologi, psikologi, antropologi dan lain lainapabila objek material suatu ilmu mempunyai kesamaan dengan objek materiel ilmu lain, untuk membedakannya diperlukan objek formal dari ilmu tersebut yang menjadi kekhususan atau ciri khas untuk menentukan macam suatu ilmu.[67]
Objek formal ilmu pendidikan merupakan penelaahan, fenomena(gejala) pendidikan dalam perspektif yang luas dan integratif. Fenomena ini bukan hanya segala yang melekat pada manusia tetapi juga berupa upaya memanu-siakan manusia agar menjadi manusia yang sebenarnya. Upaya pendidikan mencakup keseluruh aktifitas pendidikan, yaitu mendidik dan didik, termasuk pemikiran sistematis tentang pendidikan.[68]
d)     Memiliki Sistematika
Pendidikan sebagai fenomena manusiawi dapat dianalisis berdasarkan proses atau situasi pendidikannya, yaitu ketika terjadi interaksi antar komponen ( tujuan, peserta didik, pendidik, alat dan lingkungan).[69]
e)      Pendidikan Sebagai Ilmu
Fenomena pendidikan dapat dipelajari melalui metode ilmiah yang menghasilkan ilmu pendidikan yang menjadi dasar dan petunjuk dalam praktek pendidikan. Dengan dasar Ilmu Pendidikan para pendidik dapat menyusun desain pembelajaran yang memuat tujuan, isi, metode, teknik mengajar serta evaluasinya. Dengan demikian dapat dipahami bahwa praktek pendidikan merupakan aplikasi dalam ilmu pendidikan. Implikasi bahwa untuk menjadi seorang guru dapat dipelajari oleh siapapun melalui ilmu pendidikan tersebut.[70]
Sebagai ilmu, ilmu pendidikan juga memiliki metode. Menurut soedomo ( 1990 : 46 : 37 ) metode dalam ilmu pendidikan meliputi [71] :
·         Metode normatif , yaitu metode penentuan konsep manusia yang diidealkan oleh pendikan menyangkut nilai baik dan buruk.
·         Metode eksplanatori,  yaitu metode mengetahui kondisi dan kekuatan yang mempengaruhi keberhasilan proses pendidikan.
·         Metode teknologis, yaitu metode yang berfungsi mengungkapkan cara agar berhasil mencapai tujuan dengan mudah.
·         Metode deskriptif fenomenologis,Yaitu metode untuk mempengaruhi dan mengklarifikasi kenyataan ditemukan hakikatnya.
·         Metode hermeneutis, Yaitu metode untuk memahami kenyataan pendidikan secara kongkrit dan historis agar makna dan struktur pendidikan menjadikan jelas.
·         Metode analis kritis, yaitu metode yang digunakan untuk menganalisis secara kritis istilah-istilah, pernyataan, konsep dan teori pendidikan.

2.      Karakteristik Ilmu Pendidikan
Ilmu pendidikan memiliki karakteristik sebagai berikut[72]:
a.       Objek Studi: Objek material ilmu pendidikan adalah manusia  (manusia sebagai makhluk Tuhan yang berbeda hakiki dengan benda, tumbuhan dan hewan); sedangkan objek formalnya adalah fenomena pendidikan, yaitu fenomena mendidik dan fenomena lain yang berhubungan dengan kegiatan mendidik.
b.      Metode: Ilmu pendidikan mengguanakan metode kualitatif dan atau metode kuantitatif. Penggunaan metode tersebut tergantung pada masalah atau objek penelitiannya. 
c.       Isi Ilmu Pendidikan: Sebagaimana ilmu-ilmu lainnya, ilmu pendidikan dapat berupa konsep, aksioma, postulat, prinsip, hukum, teori, dan model. Dalam hal ini  ilmu pendidikan bersifat objektif, deskriptif, preskriptif (normatif), yang disajikan secara rinci dan sistematis. Ilmu pada umumnya bersifat deskriptif, tetapi ilmu pendidikan tidak hanya bersifat deskriptif, melainkan juga preskriptif/normatif.
d.      Fungsi ilmu pendidikan: menjelaskan, memprediksi, dan mengontrol.
e.       Ilmu pendidikan menggunakan ilmu-ilmu lain sebagai ilmu bantu.Sekalipun demikian, menurut M.J. Langeveld (1980), sebagai ilmu yang bersifat otonom ilmu pendidikan berperan sebagai “tuan rumah”, sedangkan ilmu-ilmu lain merupakan “tamu”nya.

3.      Klasifikasi Ilmu Pendidikan
M.J. Langeveld mengklasifikasi ilmu pendidikan (Ilmu Mendidik) terbagi atas:[73]
a.       Ilmu Mendidik Teoritis, yang meliputi:
1)      Ilmu Mendidik Sistematis.
2)      Sejarah Pendidikan.
3)      Ilmu Perbandingan Pendidikan.
b.      Ilmu Mendidik Praktis, yang meliputi:
1)      Didaktik/Metodik.     
2)      Pendidikan dalam Keluarga.
3)      Pendidikan Gereja (Lembaga Keagamaan).

Sedangkan Redja Mudyahardjo (2001) mengklasifikasi Ilmu Pendidikan sebagai berikut:[74]
a.       Ilmu Pendidikan Makro:
1)      Ilmu Pendidikan administratif.
2)      Ilmu Pendidikan Komparatif.
3)      Ilmu Pendidikan Historis.
4)      Ilmu Pendidikan Kependudukan.
b.      Ilmu Pendidikan Mikro:
1.      Ilmu Mendidik Umum yang meliputi:
a)      Pedagogik Teoritis.
b)      Ilmu Pendidikan Psikologis.
c)      Ilmu Pendidikan Sosiologis.
d)     Ilmu Pendidikan Antropologis.
e)      Ilmu Pendidikan Ekonomik.
2.      Ilmu Mendidik Khusus:
a)      Ilmu Persekolahan.
b)      Ilmu Pendidikan Luar Sekolah.
c)      Ilmu Pendidikan Luar Biasa/Orthopedagogik.

C.    Pendidikan (Mendidik) sebagai Seni
Seni berasal dari kata sani (sanskerta) yang berarti pemujaan, persembahan, dan pelayanan kata tersebut berkaitan erat dengan upacara keagamaan yang disebut kesenian. Menurut padmapusphita, kata seni berasal dari bahasa belanda “genie” dalam bahasa latin disebut “genius”, artinya kemampuan luar biasa yang dibawa sejak lahir menurut kajian dieropa mengatakan “ art” yang berati artivisual yaitu, suatu media yang melakukan suatu kegiatan tertentu[75].
Pendidikan antara lain  dapat dipelajari melalui ilmu pendidikan, namun demikian pendidikan (praktek pendidikan atau mendidik) juga adalah seni. Alasanya bahwa praktek pendidikan  melibatkan perasaan dan nilai yang sebenarnya di luar daerah ilmu (ilmu yang berparadigma positivisme). Sehubungan dengan itu, Gilbert Highet (1954) mengibaratkan praktek pendidikan sebagaimana orang melukis sesuatu, mengarang lagu, menata sebuah taman bunga, atau menulis surat untuk sahabat. Sedangkan menurut Gallagher(1970) seni mendidik itu  merupakan :[76]
1)       keterampilan jenius yang hanya dimiliki beberapa orang; dan
2)      mereka tidak dapat menjelaskan secara sistematis bagaimana mereka mempraktekan keterampilan itu.
Praktek pendidikan diakui sebagai seni, impilkasinya fungsimendidik yang utama adalah menghasilkan suatu karya yang utuh, unik, sejati (bukan pura-pura atau dibuat-buat, anak tidak boleh dikorbankan sebagai kelinci percobaan), dan tiap pihak memperolehmanfaat. Selain itu, pendidik harus kreatif , skenario atau persiapan mengajar hanya dijadikan rambu-rambu saja, yang lebih penting adalah improvisasi. Pendidik harus memperhatikan minat, perhatian, dan hasrat anak didik.[77]
Pengakuan pendidikan sebagai seni, tidak harus menggoyahkan pengakuan bahwa pendidikan dapat dipelajari secara ilmiah. Idealnya, pendidikan adalah aplikasi ilmu (ilmu pendidikan) tetapi sekaligus pula adalah seni. [78]
Gilbert Highet dalam bukunya “ The art of teaching “ yang menyatakan bahwa buku ini “ Seni Mengajar ” karena beliau yakin bahwa belajar itu adalah sebuah seni bukan ilmu. Menurutnya sangatlah berbahaya mempergunakan tujuan-tujuan dan metode ilmu untuk urusan manusia sebagai individu meskipun sistem statistik sering digunakan untuk menerangkan tingkah laku manusia dalam kelompok yang besar dan suatu diagnosa ilmiah tentang struktur fisik manusia selalu sangat bermanfaat.[79]
Mengajar tidaklah seperti menimbulkan reaksi kimia tetapi lebih mirip dengan melukis sebuah gambar atau menggelar sebuah musik dengan arti bahwa di dalam mengajar itu seseorang harus melibatkan diri didalamnya dan menyadari bahwa mengajar tidak seluruhya dikerjakan berdasarkan formula-formula atau anda akan merusak sendiri pekerjaan anda dan murid-murid anda serta anda sendiri (Redja M, 1995).[80]










BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Menurut A.S Neil “ mendidik dan mengajar bukanlah suatu ilmu tetapi adalah seni “. Diartikan sebagai seni adalah bagaimana kita hidup dan mengerti anak-anak seolah-olah kita menjadi seperti anak.
Menurut aliran konstruksivisme mengakui hal yang sama. Implikasi bahwa “ tugas guru adalah membantu agar siswa mampu merekonstruksi pengetahuannya sesuai dengan situasinya yang konkrit maka strategi mengajar perlu juga disesuaikan dengan kebutuhan dan situasi murid. Mengajar adalah merupakan seni yang menuntut bukan hanya penguasaan teknik, melainkan juga intuisi “.
Dengan demikian pendidik memerlukan ilmu pendidikan dalam rangka memahami dan mempersiapkan suatu praktek pendidikan. Namun dalam prakteknya pendidik harus kreatif, skenario atau persiapan mengajar hanya dijadikan rambu-rambu saja, pendidik perlu melakukan improvisasi dengan harus memperhatikan karakteristik anak didik. Esensinya bahwa praktek pendidikan hendaknya merupakan perpasuan antara ilmu dan seni.

B.     Saran
Pendidikan Sebagai seni itu harus di optimalkan oleh semua tenaga pengajar yang ada di indonesia untuk lebih meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia karena pendidikan seni bisa lebih berfareasi dalam mengajar sehingga proses pembelajaran lebih efektip.




[1]Drs. Anas salahudin, M.Pd, Filsafat Pendidikan, ( Bandung : Cv Pustaka Setia, 2011 ) hlm 18
[2]Drs. Anas salahudin, M.Pd, Filsafat Pendidikan, ( Bandung : Cv Pustaka Setia, 2011 ) hlm 19
[3] Aliet Noorhayati sutrisno, Telaah Filsafat Pendidikan, ( Yogyakarta : Cv Budi Utama, 2012 ) hlm 13
[4]Prof.Dr.Amsal Bakhtiar, M.A, filsafat Ilmu, ( jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2010) hlm 12
[5] Redja Mudyahardjo, Filsafat Ilmu Pendidikan, ( Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2011) hlm 21
[6] Wihadi Admojo, Kamus bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka ) Hlm 324
[7] Prof.Dr.Amsal Bakhtiar, M.A, filsafat Ilmu, ( jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2010) hlm 12
[8] Prof.Dr.Amsal Bakhtiar, M.A, filsafat Ilmu, ( jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2010) hlm 15
[9] Prof.Dr.Amsal Bakhtiar, M.A, filsafat Ilmu, ( jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2010) hlm 15
[10] Prof.Dr.Amsal Bakhtiar, M.A, filsafat Ilmu, ( jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2010) hlm 15
[11] Prof.Dr.Amsal Bakhtiar, M.A, filsafat Ilmu, ( jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2010) hlm 15
[12] Prof.Dr.Amsal Bakhtiar, M.A, filsafat Ilmu, ( jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2010) hlm 16
[13] Prof.Dr.Amsal Bakhtiar, M.A, filsafat Ilmu, ( jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2010) hlm 16
[14] Prof.Dr.Amsal Bakhtiar, M.A, filsafat Ilmu, ( jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2010) hlm 16
[15] Prof.Dr.Amsal Bakhtiar, M.A, filsafat Ilmu, ( jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2010) hlm 17
[16]Burhanudin Salam, Pengantar Filsafat, (Jakarta : Bumi Aksara, 1995 ) hal 20-23 diakses di http//:darulsalingsetia.blogspot.com 
[17]Burhanudin Salam, Pengantar Filsafat, (Jakarta : Bumi Aksara, 1995 ) hal 20-23 diakses di http//:darulsalingsetia.blogspot.com 
[18] Burhanudin Salam, Pengantar Filsafat, (Jakarta : Bumi Aksara, 1995 ) hal 20-23 diakses di http//:darulsalingsetia.blogspot.com 
[19] Burhanudin Salam, Pengantar Filsafat, (Jakarta : Bumi Aksara, 1995 ) hal 20-23 diakses di http//:darulsalingsetia.blogspot.com 
[20] Burhanudin Salam, Pengantar Filsafat, (Jakarta : Bumi Aksara, 1995 ) hal 20-23 diakses di http//:darulsalingsetia.blogspot.com 
[21] Burhanudin Salam, Pengantar Filsafat, (Jakarta : Bumi Aksara, 1995 ) hal 20-23 diakses di http//:darulsalingsetia.blogspot.com 
[22] Burhanudin Salam, Pengantar Filsafat, (Jakarta : Bumi Aksara, 1995 ) hal 20-23 diakses di http//:darulsalingsetia.blogspot.com 
[23] Burhanudin Salam, Pengantar Filsafat, (Jakarta : Bumi Aksara, 1995 ) hal 20-23 diakses di http//:darulsalingsetia.blogspot.com 
[24]Burhanudin Salam, Pengantar Filsafat, (Jakarta : Bumi Aksara, 1995 ) hal 20-23 diakses di http//:darulsalingsetia.blogspot.com 
[25] Burhanudin Salam, Pengantar Filsafat, (Jakarta : Bumi Aksara, 1995 ) hal 20-23 diakses di http//:darulsalingsetia.blogspot.com 
[26] Burhanudin Salam, Pengantar Filsafat, (Jakarta : Bumi Aksara, 1995 ) hal 20-23 diakses di http//:darulsalingsetia.blogspot.com 
[27] Burhanudin Salam, Pengantar Filsafat, (Jakarta : Bumi Aksara, 1995 ) hal 20-23 diakses di http//:darulsalingsetia.blogspot.com 
[28] Burhanudin Salam, Pengantar Filsafat, (Jakarta : Bumi Aksara, 1995 ) hal 20-23 diakses di http//:darulsalingsetia.blogspot.com 
[29] Burhanudin Salam, Pengantar Filsafat, (Jakarta : Bumi Aksara, 1995 ) hal 20-23 diakses di http//:darulsalingsetia.blogspot.com 
[30] Burhanudin Salam, Pengantar Filsafat, (Jakarta : Bumi Aksara, 1995 ) hal 20-23 diakses di http//:darulsalingsetia.blogspot.com 
[31] Burhanudin Salam, Pengantar Filsafat, (Jakarta : Bumi Aksara, 1995 ) hal 20-23 diakses di http//:darulsalingsetia.blogspot.com 
[32] Burhanudin Salam, Pengantar Filsafat, (Jakarta : Bumi Aksara, 1995 ) hal 20-23 diakses di http//:darulsalingsetia.blogspot.com 

[33] Dani Vardiansyah, Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, (Jakarta  : Indeks, 2008 ) Hal 11.
[34] Dani Vardiansyah, Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, (Jakarta  : Indeks, 2008 ) Hal 11.
[35] Dani Vardiansyah, Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, (Jakarta  : Indeks, 2008 ) Hal 11.
[36] Dani Vardiansyah, Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, (Jakarta  : Indeks, 2008 ) Hal 11.
[37] Dani Vardiansyah, Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, (Jakarta  : Indeks, 2008 ) Hal 11.
[38] Dani Vardiansyah, Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, (Jakarta  : Indeks, 2008 ) Hal 11.
[39] Dani Vardiansyah, Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, (Jakarta  : Indeks, 2008 ) Hal 12
[40] Dani Vardiansyah, Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, (Jakarta  : Indeks, 2008 ) Hal 12
[41] Dani Vardiansyah, Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, (Jakarta  : Indeks, 2008 ) Hal 12
[42] Dani Vardiansyah, Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, (Jakarta  : Indeks, 2008 ) Hal 13
[43] Dani Vardiansyah, Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, (Jakarta  : Indeks, 2008 ) Hal 13
[44] Dani Vardiansyah, Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, (Jakarta  : Indeks, 2008 ) Hal 13
[45] Prof. Dr, Mujamil Qomar, M.Ag, Epistimologi Pendidikan Islam, ( Jakarta : Gramedia, 2010 ) Hlm 114
[46] Prof.Dr.Amsal Bakhtiar, M.A, filsafat Ilmu, ( jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2010) hlm 90
[47] Prof. Dr. Muhmidayeli, M.Ag, filsafat Pendidikan, ( Bandung : PT Refika Aditama, 2013 ) Hlm 82
[48]M. Iqbal Al-Haetami, Menyibak Tabir Alam Ghaib (Depok: Qultum Media, 2012), hal. 104
[49]Prof. Dr. Muhmidayeli, M.Ag, filsafat Pendidikan, ( Bandung : PT Refika Aditama, 2013 ) Hlm  80
[50]Prof. Dr. Muhmidayeli, M.Ag, filsafat Pendidikan, ( Bandung : PT Refika Aditama, 2013 ) Hlm 80 - 88
[51]Prof. Dr. Muhmidayeli, M.Ag, filsafat Pendidikan, ( Bandung : PT Refika Aditama, 2013 ) Hlm 82
[52]Prof. Dr. Muhmidayeli, M.Ag, filsafat Pendidikan, ( Bandung : PT Refika Aditama, 2013 ) Hlm 85
[53] Prof. Dr. Muhmidayeli, M.Ag, filsafat Pendidikan, ( Bandung : PT Refika Aditama, 2013 ) Hlm 86
[54] Prof. Dr. Muhmidayeli, M.Ag, filsafat Pendidikan, ( Bandung : PT Refika Aditama, 2013 ) Hlm 88
[55] Prof.Dr.Amsal Bakhtiar, M.A, filsafat Ilmu, ( jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2010) hlm 88
[56]Abdul kadir, dasar dasar pendidikan, ( jakarta : kencana, 2012 ) hlm 62
[57]Abdul kadir, dasar dasar pendidikan, ( jakarta : kencana, 2012 ) hlm 62
[58] Abdul kadir, dasar dasar pendidikan, ( jakarta : kencana, 2012 ) hlm 62
[59] Abdul kadir, dasar dasar pendidikan, ( jakarta : kencana, 2012 ) hlm 63
[60] Abdul kadir, dasar dasar pendidikan, ( jakarta : kencana, 2012 ) hlm 63
[61] Abdul kadir, dasar dasar pendidikan, ( jakarta : kencana, 2012 ) hlm 63
[62] Abdul kadir, dasar dasar pendidikan, ( jakarta : kencana, 2012) hlm 63
[63] Abdul kadir, dasar dasar pendidikan, ( jakarta : kencana, 2012 ) hlm 63
[64] Abdul kadir, dasar dasar pendidikan, ( jakarta : kencana, 2012 ) hlm 63-64
[65] Abdul kadir, dasar dasar pendidikan, ( jakarta : kencana, 2012 ) hlm 64
[66] Abdul kadir, dasar dasar pendidikan, ( jakarta : kencana, 2012 ) hlm 64
[67] Abdul kadir, dasar dasar pendidikan, ( jakarta : kencana, 2012 ) hlm 64
[68] Abdul kadir, dasar dasar pendidikan, ( jakarta : kencana, 2012 ) hlm 65
[69] Abdul kadir, dasar dasar pendidikan, ( jakarta : kencana, 2012 ) hlm 65
[70]  Tatang syarifudin, Landasan Pendidikan, ( Bandung : Percikan Ilmu, 2007 ) hlm 46
[71] Abdul kadir, dasar dasar pendidikan, ( jakarta : kencana, 2012 ) hlm 66
[72] Uyoh sadullah,  Pilsafat Pendidikan,( Bandung : Cipta Utama, 2007 ) hlm  44
[73] Redja Mudyahardjo, Filsafat Ilmu Pendidikan, ( Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2011) hlm 30
[74] Redja Mudyahardjo, Filsafat Ilmu Pendidikan, ( Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2011) hlm 30
[75]Redja Mudyahardjo, Filsafat Ilmu Pendidikan, ( Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2011)  Hlm 45 www.wikipedia.com
[76]Redja Mudyahardjo, Filsafat Ilmu Pendidikan, ( Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2011)  Hlm 45
[77]Redja Mudyahardjo, Filsafat Ilmu Pendidikan, ( Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2011)  Hlm 45
[78] Redja Mudyahardjo, Filsafat Ilmu Pendidikan, ( Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2011)  Hlm 45
[79]Redja mudyahajo, Filsafat Ilmu  Pendidikan, ( Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2011 ) hlm 18
[80] Redja mudyahajo, Filsafat Ilmu  Pendidikan, ( Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2011 ) hlm 18
 




  
DAFTAR PUSTAKA
Abdul kadir, dasar dasar pendidikan, kencana, jakarta, 2012
Aliet Noorhayati sutrisno, Telaah Filsafat Pendidikan, cv budi utama,Yogyakarta, 2012
Amsal Bakhtiar, M.A, filsafat Ilmu, PT Raja Grafindo Persada, jakarta 2010
Burhanudin Salam, Pengantar Filsafat,  Bumi Aksara, Jakarta 1995 diakses di http//:darulsalingsetia.blogspot.com
Dani Vardiansyah, Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar,  Indeks, Jakarta 2008
Drs. Anas salahudin, M.Pd. Filsafat Pendidikan, : cv pustaka setia, Bandung, 2011
Prof. Dr, Mujamil Qomar, M.Ag, Epistimologi Pendidikan Islam, Gramedia, Jakarta, 2010
Prof. Dr. C.A. van Peursen, Filsafat Sebagai Seni, Pustaka Sutra, Bandung, 2008
Prof.Dr.Amsal Bakhtiar, M.A, filsafat Ilmu, PT Raja Grafindo Persada, jakarta 2010
Redja Mudyahardjo, Filsafat Ilmu Pendidikan,PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2011
Tatang syarifudin, Landasan Pendidikan, Percikan Ilmu, Bandung, 2007
Uyoh sadullah,  Pilsafat Pendidikan, Cipta Utama, Bandung, 2007 
Wihadi Admojo, Kamus bahasa Indonesia,  Balai Pustaka, Jakarta 2010